Mission Impossible yang Pertama
Ini
dia tantangan selanjutnya untuk kelanjutan project Sumbawagen. Jualan, merupakan
tantangan selanjutnya untuk Saya dan Indah. Yah, walaupun ini adalah pertama
kalinya kami berdua berjuaal, kami tetap semangat. Kisah ini, dimulai di malam hari bertempat di Griya
Idola, di rumah target kami. Beliau ada orang yang sudah memiliki hubungan
dekat dengan kami. Bang Revi dan keluarga merupakan target utama kami untuk mempromosikan kaos “I LOVE
SBW”. Kebetulan juga Bang Revi adalah mentor mahasiswa laki-laki.
Hal pertama yang kami lakukan yaitu menjelaskan tentang project
kami. Namun sayangnya, usaha pertama mengalami kegagalan. Meskipun
demikian, kami berdua
tetap berusaha walaupun ada unsur memaksa, heheheheh. Setelah beberapa lama kami berusaha mempromosikan kaos “I LOVE SBW” hasilnya
tetap sama. Akan
tetapi, karena kebaikan
Bang Revi dan keluarga memberi kami sumbangan Rp 25.000,00 karena beliau sangat menghargai usaha
dan kerja keras
kami berdua. Kami berdua begitu berterimakasih kepada Bang Revi.
Kemudian, terget kedua kami adalah Pak Julmansyah (Wakil Dekan FTB), heheheh J. Kami berdua berniat menawarkan kaos “I LOVE SBW” ke Pak Jul untuk project kami.
Sesampainya di rumah beliau, ternyata Pak jul
tidak ada di TKP, kami berdua sempat panik, tapi mau gimana lagi beliau baru saja
keluar karena ada urusan. Tapi besoknya kami berencana akan kembali menemui Pak
jul.
Hari selanjutnya,
persiapan untuk menemui target kami. Target pertama di hari kedua yaitu Pak Jul, hari
itu kami berambisi untuk
bisa membuat Pak Jul tertarik dan membeli kaos kami. Kamipun langsung meluncur ke TKP, sesampainya di rumah pak Jul,
kami langsung menawari
beliau mrngguakan strategi
yang sama yaitu “memasang muka manis” dan juga dengan cara memberi tahu
beliau bahwa kami
menjual baju ini untuk projek Sumbawagen. Setelah mejelaskan projek kami, kami langsung
menawarkan baju I LOVE SBW ke pada beliau, setelah beliau mencoba dan melihat
kualitas baju itu beliau memberikan saran, seharusnya baju yang kami jual ini
tidak di patok dengan harga tinggi karena model dan juga desain yang kurang
menarik. Namun, karena beliau menghargai kerja keras kami, beliau akhirnya membeli baju kami dengan harag yang tinggi,
yakni Rp 160.000,00.
Sungguh membuat hati
kami berdua girang dan bahagia.
Misi selanjutnya adalah menjual mukenah warna pink.
Target
kami selanjutnya adalah Pak Aris, dosen filsafat FTB sewaktu semester I. Saat tiba di rumah beliau, ternyata beliau pulang kampung.
Oleh karena, karena
ambisi kami, kami akhirnya terus mencari target pelanggan, hingga akhirnya kami memilih Ibu Ilmiyati Dekan Fakultas Psikologi
sebagai target berikutnya. Kami pun segera menuju ke rumah Ibu Ilmy, meskipun
kami berdua sempat
tersesat di perkarang Ibu Ilmy karena itu baru pertama kalinya kami kesana. Akhirnya setelah mencari dan tersesat
beberapa menit rumah Ibu Ilmy pun kami temukan, tapi sebuah kejadian yang tak
pernah kami bayangkan L, ternyata Ibu Ilmy sedang tidak berada dirumahnya, beliau sedang pergi mengantar anaknya
ke acara ulang tahun. Sempat api semangat
kami meredup, tiba-tiba
api semangat menjual pun kembali
membara.
Terbesit di
pikiran bahwa masih ada pelanggan yang akan menjadi target selanjutnya yakni Pak Wid, Warek II Universitas Teknologi Sumbawa
(UTS). Kami pun langsung menuju
ke rumah Pak Wid di Desa Pungka, seteleh
menempuh perjalanan sekitar 30 menit kami
akhinya sampai di lokasi. Alhamdulillah, ternyata Pak Wid ada di rumahnya.
Kami pun langsung mempersiapkan strategi untuk
menarik perhatian Pak Wid terhadap mukenah pink yang kami bawa. Strateginya masih sama, yakni dengan cara menjelaskan mengenai
project Sumbawagen. Alhamdulillah lagi J, ternyata istri Pak Wid tertarik
dengan mukenah pink itu. Hati kami pun merasa senang dan bergembira, akhirnya kami semua
usaha dan kerja keras kami berdua membuahkan hasil yang manis.
Kami pulang dengan hasil
yang cukup
memuaskan, meski melewati banyak kendala tapi kami tetap berusaha untuk menjual
baju, Setelah menyelsaikan tugas ini kami mendapatkan banyak pelajaran kalau
untuk mendapatkan hasil yang memuaskan janganlah putus asa selalu berjuang, dan
juga kami megerti betapa susahnya mencari uang.
(Abdhi dan Indah)
0 komentar: